Sahkah Patungan Sapi Lebih dari Tujuh Orang

227

Oleh Ust. Abdullah Al Jirani

Beberapa waktu lalu, setelah selesai kajian tentang “Hukum seputar berkurban”, ada seorang jama’ah pengajian saya yang bertanya : “Ustadz, untuk jumlah patungan tujuh orang itu, apakah maksimal harus tujuh, atau boleh lebih dari tujuh ? karena saya pernah dengar di sebuah kajian, katanya jumlah tujuh itu bukan jumlah batas maksimal.” Maka saya jawab sebagai berikut :

Telah diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata :

صحيح مسلم (2/ 955)

351 – (1318) وحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، ح وحَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُهِلِّينَ بِالْحَجِّ: «فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَشْتَرِكَ فِي الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ، كُلُّ سَبْعَةٍ مِنَّا فِي بَدَنَةٍ»

“Kami keluar bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam kondisi tahullul haji. Maka beliau memerintahkan kami untuk berserikat (patungan) dalam onta dan sapi. Setiap tujuh orang dari kami dalam satu badanah (sapi atau onta).” [H.R. Muslim : 351].

 

Dalam riwayat lain, masih dari beliau –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata :

صحيح مسلم (2/ 955)

350 – (1318) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، ح وحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، – وَاللَّفْظُ لَهُ – قَالَ: قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: «نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ، وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ»

Simak juga  Kisah Zaid bin Haritsah, Sahabat Nabi yang Diabadikan Al-Qur’an

“Kami menyembelih bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- di tahun (perjanjian) Hudaibiyyah satu ekor onta dari tujuh orang dan satu sapi dari tujuh orang.” [H.R. Muslim : 1318].

Dua hadits di atas walaupun dalam masalah “al-Hadyu”, akan tetapi para ulama’ mengqiyaskan masalah berkurban kepadanya. Jumlah tujuh orang tersebut, merupakan jumlah maksimal. Jika lebih dari tujuh orang, maka tidak sah. Hal ini berdasarkan ijma’ (konsensus) ulama’ muslimin. Imam Ibnu Abdil Barr –rahimahullah- berkata :

الاستذكار (5/ 241)

وَقَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الطَّبَرِيُّ أَجْمَعْتِ الْأُمَّةُ عَلَى أَنَّ الْبَدَنَةَ وَالْبَقَرَةَ لَا تُجْزِئُ عَنْ أَكْثَرِ مِنْ سَبْعَةٍ

“Abu Ja’far Ath-Thabari –rahimahullah- berkata : “Para ulama’ umat telah bersepakat, sesungguhnya onta dan sapi tidak sah lebih dari tujuh orang.” [Al-Istidzkar : 5/241].

Imam An-Nawawi –rahimahullah- berkata :

المجموع شرح المهذب (8/ 397)

وَتُجْزِئُ الْبَدَنَةُ عَنْ سَبْعَةٍ وَكَذَا الْبَقَرَةُ

“Onta sah dari tujuh orang, demikian juga sapi.” [Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 8/398].

Ucapan Imam An-Nawawi –rahimahulalh- di atas memberikan pemahaman kepada kita, bahwa jika lebih dari tujuh, maka tidak sah. Ini merupakan pendapat Jumhur Ulama’, diantara mereka Abu Hanifah, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal. Dan pendapat inilah yang benar. Disamping dalil menunjukkan akan perserikatan tujuh orang, telah ada ijma’ dari Abu Ja’far Ath-Thahawi yang meniadakan keabsahan perserikatan lebih dari tujuh orang.

Simak juga  Bolehkah Menggabungkan Puasa Syawal dengan Puasa Senin-Kamis?

Adapun riwayat dalam “Sunan At-Tirmidzi” dari Ibnu Abbas –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata :

سنن الترمذي ت شاكر (4/ 89)

1501 – حَدَّثَنَا أَبُو عَمَّارٍ الحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الفَضْلُ بْنُ مُوسَى، عَنْ الحُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ، عَنْ عِلْبَاءَ بْنِ أَحْمَرَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: «كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَ الأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِي البَقَرَةِ سَبْعَةً، وَفِي البَعِيرِ عَشَرَةً»

“Kami bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- di suatu perjalanan. Maka datanglah Idul Adha. Maka kami berserikat tujuh orang pada sapi, dan sepuluh orang pada onta.” [H.R. At-Tirmidzi : 1501].

Dalam hadits ini dinyatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa untuk onta boleh berserikat sepuluh orang. Hadits ini, telah diisyaratkan oleh At-Tirmidzi dengan ucapan beliau di akhir hadits :

حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ الفَضْلِ بْنِ مُوسَى

“Hadits Ibnu Abbas ini hadits hasan gharib (aneh), tidak kami ketahui ia kecual dari hadits Al-Fadhl bin Musa.”

Ucapan At-Tirmidzi di sini mengisyaratkan akan kelemahan hadits tersebut. Di dalam sanadnya, terdapat rawi yang bernama Al-Husain bin Waqid. Walaupun dia rawi yang tsiqah (kepercayaan), akan tetapi terkadang dia salah. Dan pada hadits ini, sangat besar kemungkinan dia telah salah. Karena pada riwayat Ibnu Hibban (9/318) dia ragu dengan mengatakan : “Tujuh atau sepuluh orang pada onta”.

Simak juga  Serial Shaum yang Terlarang Dalam Islam (Bagian 1)

Oleh karena itu, Abu Ja’far Ath-Thabari –rahimahullah- sebagaimana dinukil oleh Imam Ibnu Abdil Barr menyatakan :

الاستذكار (5/ 241)

وفي ذلك دليل على أن حديث بن عَبَّاسٍ وَمَا كَانَ مِثْلَهُ خَطَأٌ وَوَهْمٌ أَوْ مَنْسُوخٌ

“Dalam hal itu terdapat dalil, sesungguhnya hadits Ibnu Abbas di atas dan yang semisalnya, (mungkin) keliru dan salah, atau telah dihapus hukumnya.” [Al-Istidzkar : 5/241].

Ini jika lebih dari tujuh orang. Adapun jika kurang dari tujuh, maka para ulama’ sepakat akan kebolehannya. Imam Asy-Syafi’-rahimahullah- berkata :

الأم للشافعي (2/ 244)

وَلَا تُجْزِئُ عَنْ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعَةٍ وَإِذَا كَانُوا أَقَلَّ مِنْ سَبْعَةٍ أَجْزَأَتْ عَنْهُمْ

“Dan tidak mencukupi (tidak sah) lebih dari tujuh orang. Dan apabila mereka kurang dari tujuh, maka mencukupi atas mereka.” [ Al-Umm : 2/233 ].

Wallahu a’lam bish shawab. Demikian tulisan kali ini. Semoga bermanfaat dan bisa menambah akan wawasan keilmuan kita.

sumber : blog Ust. Abdullah Al Jirani

Comments

comments