Peran Wanita dalam Peradaban Islam

200

Oleh: Dr. Henri Shalahuddin

(Inspirasi tulisan muncul di Rumah Sirah yang dikomandani oleh Ustadz Asep Sobari, ketika melihat sebagian buku-buku wakaf yang sangat menakjubkan, 8/4/19)

Di era Daulah Umawiyyah (750-662M): peran wanita sebagai Markaz Ijtima’i (pusat pembelajaran masyarakat). Misalnya:
1. Ummul Mu’minin ‘Aisyah r.a., yang dikenal dengan kepakaran beliau di bidang fiqh, hadith, sastera dan tarikh.
2. Asma’ binti Abi Bakr al-Siddiq (istri Zubeir ibn ‘Awwam) yang dikenal dengan keilmuan beliau sebagai perawi hadith, di samping terkenal dengan keberaniannya dan sifat-sifat mulia lainnya.
3. Sakinah binti Husein ibn ‘Ali, ‘Aisyah binti Talhah, Hind bin Asma’ ibn Kharijah, Rabi’ah ‘Adawiyyah, Ma’adhah ‘Adawiyyah, dll.

Di era Umawi ini di antara yang menonjol adalah peran wanita dalam bidang politik, misalnya Umm al-Banin (istri khalifah al-Walid ibn ‘Abd al-Malik). Beliau dikenal dengan kepiawaian dalam bernarasi, keindahan tutur bahasanya, dan argumennya yang kuat. Ummul Banin juga dikenal sebagai konsultan politik dan urusan-urusan negara lainnya.

Di zaman Daulah Abbasiyyah, khususnya era pertama (132-334H), wanita banyak bertugas di sektor telik sandi (BIN). Khalifah Mansur banyak bergantung pada kaum wanita untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi musuh. Di antara wanita yg sangat handal di bidang ini adalah Zainab binti Salman.

Simak juga  Dan Berlinanglah Air Mata Taqwa (Bedah Buku "Al Bukaa’ min Khasyatillah")

Di zaman dinasti Ayyubi (1172-1250M), kaum wanita memberikan saham besar untuk menggerakkan peradaban Islam lebih cepat lagi. Mereka membuat gerakan intelektual (harakah tsaqafiyyah), baik berupa membangun sekolah-sekolah, menggiatkan kajian dan penelitian, maupun mengajar. Di antara hasil capaian mereka adalah munculnya ulama terkenal seperti Ibnu ‘Asakir. Peran wanita dlm menggerakkan laju peradaban kota Damaskus di zaman dinasti Ayyubi sangat besar, termasuk membangun pusat-pusat kajian keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Banyak bangunan peradaban didirikan oleh wanita-wanita anggun yang terlahir dari keluarga yang bijak (usrah hakimah).
‘Ismatuddin Khatun (istri Nuruddin, yang kemudian setelah Nuruddin wafat diperistri oleh Salahuddin) adalah wanita hebat yang paling banyak mendirikan bangunan perabadan, khususnya sekolah dan pusat-pusat kajian.

Di zaman dinasti Mamluk (1250-1517M), banyak wanita yang menjabat sebagai petugas penyuluhan dan penceramah ( khatibah), termasuk sebagai penunjuk jalan (guide) dan membantu membawakan barang-barang yang melewati rumah-rumah penduduk. Profesi ini banyak digemari wanita karena mereka tidak bisa terus menerus ke pasar karena tugas mereka yang terkadang terkendala ketika menyusui anak-anak.

Simak juga  Kisah Zaid bin Haritsah, Sahabat Nabi yang Diabadikan Al-Qur’an

Di masa dinasti Mamluk juga dikenal Ummu Sultan, seorang wanita (ibu sultan Sya’ban) yang menggerakkan untuk membangun pusat kajian (madrasah) yang mengajarkan 4 mazhab fiqh, beliau juga memerintahkan untuk menulis mushaf dengan khat Naskhi dan dilapisi dengan emas. Beliau sakit dan akhirnya wafat tahun 1373 setelah sempat menyaksikan selesainya proyek penulisan mushaf dengan emas tersebut.

Bagaimana dengan kaum wanita Indonesia zaman now?!

Comments

comments